Translate

Selasa, 10 Desember 2013

Kramat ulama Madura di penjara Nelson Mandela



Nun jauh di ujung Afrika
terdapat sebuah makam yang
dikeramatkan, tepatnya berada
di Pulau Robben, setengah jam
perjalanan laut dari Cape Town.
Di pulau inilah, dari total 27 tahun dibui, Nelson Mandela
menghabiskan 18 tahun dalam
tahanan.
Makam itu disebut oleh orang
Afrika Selatan sebagai Kramat,
sama dengan sebutan makam versi orang Indonesia. Tidak
salah karena sosok yang
dimakamkan di tempat tersebut
adalah ulama besar asal
Indonesia. Dia dikenal masyarakat
setempat sebagai Sayed Abdurrahman Moturo, salah satu
Pangeran dari Pulau Madura.
Moturo adalah salah satu imam
pertama di Cape Town. Dia
dibawa ke Cape Town sebagai
tahanan politik VOC dengan kapal laut pada sekitar tahun 1740-
an. Sayed Abdurrahman Moturo
meninggal pada 1754 sementara
Kramat di penjara Robben
dibangun pada 1969.
Konon, di sekitar lokasi tidak hanya ada makam ulama dari
Madura. Banyak juga tahanan
politik VOC yang dimakamkan di
Pulau Robben, kebanyakan dari
Indonesia. Mereka juga disebut-
sebut dengan tahanan politik pertama yang mendiami Pulau
Robben, jauh sebelum pejuang
apartheid seperti Mandela
dijebloskan ke penjara pulau itu.
Pada saat itu, posisinya yang
strategis sebagai jalur pelayaran menjadikan Cape Town pusat
pertemuan budaya Afrika, Eropa
dan Asia.
Kota ini dikembangkan oleh Jan
van Riebeeck yang tinggal di
Cape Town sejak 6 April 1652. Riebeeck adalah pejabat VOC
(Vereenigde Oost-Indische
Compagnie), perusahaan
multinasional pertama di dunia.
Orang Jawa lebih mengenal
sebagai kumpeni. VOC adalah kongsi dagang yang berkuasa di
Nusantara sejak 1602 hingga
dibubarkan tahun 1800. Untuk
kemudian, kekuasaannya
diteruskan pemerintahan kolonial
Belanda hingga tahun 1942. Dalam perjalanan dari Belanda
menuju Nusantara, Riebeck
mengarungi Samudera Atlantik,
hingga melintas di Cape Town.
Posisi yang strategis membuat
Cape Town menjadi transit bagi armada-armada VOC yang
hendak berlayar ke India,
maupun Timur Jauh.
Kedatangan Riebeeck pada 6
April 1652 memunculkan
permukiman orang-orang Eropa pertama di Cape Town. Pengaruh
VOC pula yang membuat Cape
Town, lekat dengan Nusantara.
Cape Town seringkali menjadi
lokasi pembuangan bagi para
musuh VOC. Salah satu yang melegenda adalah Syekh Yusuf,
bangsawan Makassar yang
mengenalkan Islam ke Afrika
Selatan. Begitu dihormatinya
Syekh Yusuf, hingga dia
mendapat anugerah pahlawan nasional Afrika Selatan.
Pada perjalanan ke arah timur
dari pusat kota Cape Town
menuju Sommerset West,
terdapat sebuah perempatan,
yang jika berbelok ke kanan memasuki Desa Macassar. Di sini
pulalah terletak makam Syekh
Yusuf, sering disebut orang
setempat sebagai Kramat.
Kramat Syekh Yusuf ini menjadi
salah satu lokasi ziarah paling penting di Afrika Selatan.
Syekh Yusuf dan pengikutnya
inilah yang menurunkan generasi
melayu Cape Town atau Cape
Malay. Komunitasnya masih bisa
ditemui di Bokaap, tak jauh dari Long Street, Jalan Jaksa-nya
Cape Town. Di Bokaap ini berdiri
salah satu masjid tertua di
Afrika Selatan.
Para keturunan Syekh Yusuf,
konon sudah mencapai keturunan kesembilan, banyak
dijumpai di Cape Town. Dengan
sambutan ramah, mereka akan
senang jika bertemu wisatawan
asal Indonesia. Mereka mengerti
kata-kata seperti "apa kabar" atau "terima kasih." Dan, mereka
akan dengan senang hati
mengantar siapapun yang ingin
berkunjung ke makam Syekh
Yusuf. Termasuk yang ingin
datang ke Pulau Robben berziarah ke Kramat Moturo.